Showing posts with label Manggarai. Show all posts
Showing posts with label Manggarai. Show all posts

Thursday, August 30, 2012

Hutan Mbeliling, Primadona Lain Manggarai Barat

AppId is over the quota
20122108001k13-11-Markus MakurDi sekitar Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat terdapat berbagai destinasi wisata yang unik. Bukan hanya kadal raksasa Komodo di Taman Nasional Komodo, tak jauh dari Labuan Bajo juga terdapat kawasan hutan Mbeliling yang merupakan habitat berbagai burung endemik Flores. Sejumlah wartawan dan wisatawan mengunjungi kawasan hutan itu, Selasa (21/8/2012).

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT tidak hanya punya Taman Nasional Komodo yang sudah menjadi salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia sebagai obyek wisata unggulan. Tak jauh dari Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat, terdapat kawasan Hutan Mbeliling, yang merupakan habitat bagi spesies burung endemik Flores. Di hutan Mbeliling itu antara lain terdapat burung khas Flores yang bisa mengeluarkan 77 jenis suara. Warga lokal menyebutnya dengan nama kaka ngkiong.

Selama ini turis, baik mancanegara maupun domestik, cenderung menyukai wisata laut dan jarang menyentuh wisata darat seperti hutan, gunung, danau atau obyek wisata pegunungan lainnya. Padahal obyek wisata darat di Manggarai Barat dan Flores pada umunya tidak kalah dalam menawarkan keindahan serta keunikan.

Kawasan Hutan Mbeliling menjadi salah satu contoh betapa wilayah hutan yang terletak di ketinggian lebih dari 1.300 meter di atas permukaan laut itu menjadi surga bagi para pelancong. Hutan Mbeliling hanya berjarak 25 kilometer dari Labuan Bajo. Kawasan hutan itu terkenal bukan hanya karena merupakan hutan terluas di Flores tetapi juga berdasarkan penelitian BirdLife Internasional, di hutan ini terdapat 29 jenis burung. Empat jenis di antaranya merupakan burung endemik Flores dan tiga di antaranya hanya terdapat di kawasan hutan Mbeliling. Ketiga jenis burung tersebut yakni serindit Flores (Loriculus flosculus), kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), dan Gagak Flores (Corvus Floresis).

Kawasan Mbeliling terdiri atas hutan lindung seluas 72,4 kilometer per segi, hutan konservasi 41,8 kilometer per segi, dan hutan produksi terbatas seluas 120 kilometer per segi.

Hasil penelitian juga menunjukan, sejak zaman purba, kawasan Mbeliling menjadi tempat perlindungan biologi dengan banyaknya spesies tumbuhan yang memperlihatkan pola persebaran purba. Di puncak hutan Mbeliling terdapat hutan lumut yang mempesona. Tampak bebatuan diselimuti lumut berwarna hijau yang memukau mata setiap pengunjung.

Hutan Mbeliling kini menjadi salah satu obyek wisata yang mulai digemari orang yang suka akan tantangan. Untuk mencapai puncak tertinggi Gunung Mbeliling, orang bisa melalui sejumlah jalan masuk. Anda bisa masuk melalui Kampung Langgo, Desa Wae Lolos ke arah barat, bisa melalui Kampung Culu tepatnya di Wae Lia, atau melalui jalur Kampung Cecer, Desa Liang Dara, atau melalui Kampung Lamung, Desa Golo Ndaring. Kawasan hutan Mbeliling di kelilingi 27 desa. Jarak antara desa relatif jauh tetapi pada musim kemarau mudah dijangkau.

Kawasan Mbeliling kini mulai ditata agar lebih mudah bagi wisatawan untuk menjangkaunya. Masyarakat di sekitar kawasan dengan semangat mulai membuka dan menata sejumlah ruas jalan setapak menuju ke dan dari puncak Mbeliling. Pada 17 Agustus 2012 lalu, masyarakat yang tinggal di sejumlah kampung di sekitar kaki hutan Mbeliling seperti di Rangat, Roe, Lamung, Culu dan Cecer bergotong royong membuka akses jalan setapak ke kawasan itu.

Warga Kampung Lamung, Agustinus Suhardin menuturkan, kampungnya pada Juni-September saban hari selalu ada turis yang melintas. Mereka turun dari kawasan hutan Mbeliling dan menuju ke air terjun Cunca Rami.

Sunday, August 19, 2012

Manggarai Of Western Styled Into Specific Interest

LABUAN BAJO, KOMPAS.com – dialogue with the various stakeholders of tourism in West Manggarai Regency is initiated by the Foundation and Our Komodo dragon Tourism Management Organization (TMO) Komodo destinations in the Luwansa Hotel, Tuesday (17/8/2012), agreed that the West Manggarai Regency is designed to become a special interest tourism.

The reason is, there is so much diversity and unique culture are scattered in villages. There is a wealth of underwater is very beautiful in the world, there are forested and mbeliling as well as a giant snake cave nature tourism a challenging tourists to enjoy the nature in the West Manggarai Regency.

This is expressed by the head of the regional planning Agency West Manggarai Regency, Benjamin Nanjong, along with Chairman of the Foundation's Governing Our Emmy Hafild Komodo dragon, and Chairman of the TMO Komodo, Manggarai Destinations West as well as a number of actors Anthony Asri-offender tourism, the guide, the master diver and community leaders in Labuan Bajo, Wednesday (15/8/2012).

To go to special-interest Tourism, Zachary Samuel Shem of Foundation Staff We explain the Komodo dragon, human resources of local communities were still low so our duties and responsibilities together to fix human resources from local schools. "The awareness of local communities in the West Manggarai Regency resurrected to sustainability and natural beauty of staying awake as well," he said.

Samuel explains, Manggarai Barat District Government as soon as possible to make regulations to be organized for the sake of tourism revenue for the Government and society. Residents of tourism which gives disadarkan prosperity for themselves.

Yando Zakaria, a consultant at the foundation of our Komodo dragons to go to explain, special interest tourism, the diver-divers trained in order to have a local Diver certification, because local communities residing in the island in the Komodo National Park area know about the existence of the beauty under the sea around the Islands in the Komodo National Park.

While etnomusikolog, Rizaldi Siagian describes native cultures, indigenous songs and dance staging caci must be returned according to its authenticity. "Not long ago I am watching dance performances conducted in caci's one-star hotel in Labuan Bajo in the interest of foreign guests, however, it was not the original dance again," he said.

Siagian explains, tourism opportunities in the West Manggarai Regency in the coming years will be very advanced. "Our common Task to train communities with craft-craft of the original, as well as guests sleep in homestay belonging to residents, the hotel belongs to the local community, local community of diver, a decent, as well as transport ships to Komodo National Park which features the international standards for safety," he explained.

Perpetrators of Tourism West Manggarai Regency, revealed, as much as Getrudis 95 percent of the residents of West Manggarai is the farming community. "How the concept of special interest tourism combined with the farming community. The farming community with a variety of rituals or customs and rituals which are fused with nature, "he said.