KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO Salah satu sudut di dalam Benteng Wolio, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, Kamis (17/6/2010). Sebagian besar rumah di dalam benteng ini terbuat dari kayu dan dibangun tanpa menggunakan paku besi. Rumah-rumah itu hanya dihuni keturunan keluarga yang pernah bekerja di Keraton Buton.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kesultanan Yogyakarta, Cirebon, dan Solo mungkin sudah tak asing didengar. Ketiganya merupakan kesultanan termahsyur di Pulau Jawa. Namun, kesultanan di Indonesia tidak hanya ada di Pulau Jawa tetapi juga di pulau seberang, salah satunya Sulawesi tepatnya di Provinsi Sulawesi Tenggara. Di Sulawesi Tenggara yaitu di Pulau Buton, masih berdiri kesultanan yaitu Kesultanan Buton Baubau.
Ukus Kuswara, Plt.Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam jumpa pers Festival Keraton Nusantara, di Newseum Cafe, Sabtu (11/8/2012) lalu, mengatakan bahwa Kesultanan Baubau memiliki historis yang sangat tinggi yang melahirkan identitas budaya setempat.
"Kearifan lokal, seni budaya dan keraton kerajaan itu menciptakan disiplin yang luar biasa, menciptakan kesenian sendiri untuk melahirkan identitas," katanya.
Budaya kesultanan di Baubau sangat menonjol, dengan pemerintahan kesultanan bukan berdasarkan keturunan, sehingga Baubau tidak punya istana megah sebagai lambang kekuasaan sultan.
"Terkait dengan budaya raja-raja disana, berbeda dengan di tempat lain. Di tempat lain raja turun-temurun sehingga ada istana, di Baubau tidak ada istana raja, karena setiap sultan membangun istananya sendiri." tutur Amirul Tamim, Wali Kota Baubau.
Untuk menjadi sultan di Baubau, lanjut Amirul, adalah dengan dipilih oleh suatu majelis yang dinamakan silabona. Setiap bakal sultan telah dicermati oleh majelis ini sejak dalam kandungan, bagaimana perilaku dan perangainya.
Hukum yang berlaku di Baubau ialah mutlak, tidak memandang darimana ia berasal. Jika seseorang melakukan kesalahan, maka ia akan diberikan hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.
"Bila Sultan bersalah langsung dihukum. Dalam catatan sejarah kita ada yang dihukum mati karena melanggar sumpahnya," kata Amirul.
Baubau memiliki benteng yang telah ditetapkan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai benteng terluas di dunia, serta alam yang menakjubkan.
"Di depan kota Baubau terdapat terumbu karang yang tidak kalah dengan di tempat-tempat lain dengan tingkat keindaan yang bervarasi," katanya.
Selain itu, tambah Amirul, terdapat pula hutan Labusano yang dihuni ular kobra serta baragam keanehan di dalamnya.
Tak perlu khawatir untuk berkunjung ke Baubau, karena terdapat banyak transportasi menuju kesana. Menurut Amirul, penerbangan ke Baubau dapat dilakukan lewat Makassar maupun Kendari. Dari Makassar tersedia 6 kali penerbangan, dan 11 kali penerbangan dari Kendari.
Jika ingin melewati jalur laut, dapat lewat Kendari disambung dengan kapal cepat selama 4 jam, dengan disajikan pemandangan menakjubkan berupa pegunungan dan hamparan laut. Obyek wisata Baubau cukup kaya, lautnya menyimpan keindahan biota yang menggugah untuk diselami.
"Ada beberapa spot menyelam terbaik di Baubau. Bila menyelam, ditemani ikan hiu dan barakuda. Serta ada pula gua yang hanya dapat dilihat dengan diselami, berkedalaman 30 meter, didalamnya terdapat keramik yang tersusun rapi, bernama Gua Moko," ungkap Amirul.
"Uniknya, di tengah kota Baubau, kapal besar Pelni dapat menyandar, bukan di pelabuhan di pinggir pantai," tambah Asfarinal, Direktur Eksekutif Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Menurut Amirul, Di Baubau juga terdapat Kampung Bali, semua orang Bali dengan berpakaian adat Bali.
"Di Baubau juga terdapat Bali, namun di Bali tidak ada Baubau," tambah Amirul.
No comments:
Post a Comment